RSS

Organisasi Hukum Laut ; ITLOS

ITLOS (International Tribunal for Law of The Sea) merupakan sebuah organisasi antar
pemerintah yang dibuat oleh mandat ketiga konferensi PBB tentang hukum laut. Organisasi ini didirikan olej konvensi PBB tenang hukum laut yang ditandatangani di Montego Bay Jamaika pada tanggal 10 Desember 1982. Konvensi ini mulai berlaku pada tanggal 16 November 1994, dan mendirikan sebuah kerangka kerja terdiri dari 21 anggota independen yang dipilih dari antara orang-orang yang memiliki reputasi tertinggi untuk keadilan dan integritas serta mempunyai kompetensi yang diakui di bidang hukum laut.

ITLOS berfungsi untuk menengahi sengketa-sengketa yang lahir dari pelaksanaan maupun
penafsiran ketentuan-ketentuan UNCLOS. Berdasarkan statusnya, ITLOS dapat membentuk chamber untuk menangani bidang-bidang tertentu yang disengketakan. Saat ini ada beberapa chamber yang telah dibentuk yaitu :

1. The Chamber of Summary Procedure
2. The Chamber of Fisheries Dispute and the Chamber for enviromental disputes
3. A Special Chambers to deal with the case concerning the conservation and
    sustainable exploitation of sword fish stock in the South-Easterb pacific ocean
4. Seabed Disputes Chamber

Tribunal ini terbuka bagi semua negara angora UNCLOS 1982, dan di samping itu, dalam
kasus-kasus tertentu, Tribunal juga membuka kesempatan pada orang, badan hukum atau
organisasi internasional mengajukan perkara ke hadapannya. Yurusdiksi tribunal tidak
terbatas atas semua kasus yang berhubungan dengan pelaksanaan dan penafsiran ketentuan UNCLOS 1982 yang disampaiakan padanya. Tribunal juga berwewenang mengadili sengketa-sengketa yang lahir dari pelaksanaan persetujuan/perjanjian internasional yang secara tegas menyatakan ITLOS sebagai forum penyelesaian sengketa.

Perselisihan sebelum Pengadilan adalah lembaga baik oleh aplikasi tertulis atau dengan
pemberitahuan dari perjanjian khusus. Prosedur yang harus diikuti untuk lembaga pengadilan sebelum Pengadilan didefinisikan dalam Statuta dan Peraturan Majelis serta dalam Pedoman tentang Penyusunan dan Penyajian Kasus sebelum Pengadilan. Setiap kasus yang timbul dari aplikasi atau interpretasi dari Konvensi PBB tentang Hukum Laut dapat dibawa ke Pengadilan.
Dalam kasus yang diajukan ke Pengadilan untuk saat ini hal-hal berikut ini menonjol: rilis
cepat dari kapal dan awak berdasarkan pasal 292 Konvensi, Negara yurisdiksi pantai di zona maritim, kebebasan navigasi, pengejaran, lingkungan laut, bendera kemudahan dan konservasi stok ikan. Yurisdiksi Pengadilan juga meluas ke kasus yang muncul dari perjanjian lain yang memberikan yurisdiksi di Pengadilan. Pengadilan menerapkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut dan aturan lain dari hukum internasional tidak bertentangan dengan Konvensi.

ITLOS adalah salah satu sarana untuk penyelesaian perselisihan yang timbul dari Konvensi, namun ada juga cara lainnya yaitu melalui Mahkamah Internasional, pengadilan arbitrase yang dibentuk sesuai dengan Lampiran VII Konvensi, dan sidang arbitrase khusus yang dibentuk sesuai dengan Lampiran VIII Konvensi. Majelis Umum PBB telah mengakui kontribusi Pengadilan ke penyelesaian damai sengketa sesuai dengan Bagian XV dari Konvensi dan telah menggaris bawahi peran dan kewenangan penting Tribunal mengenai penafsiran atau penerapan Konvensi. Keputusan Pengadilan bersifat final dan mengikat terhadap para pihak yang bersengketa dan wajib untuk mematuhinya. Namun, Pengadilan tidak memiliki sarana menegakkan keputusan.

Kasus sengketa yang pernah ditangani oleh ITLOS ada 16 kasus dan yang sangat terkait dengan tulisan ini adalah kasus nomor 3 dan 4 tentang Southern Bluefin Tuna Cases antara Selandia Baru dan Australia melawan Jepan terkait dengan Experimental Fishing Programme. Proses beracara dalam ITLOS terdiri dari dua tahapan yaitu tertulis dan oral. Tahapan tersebut harus dilakukan tanpa penundaan dan beban yang tidak perlu. Dan bahasa yang digunakan dalam Tribunal adalah bahasa Inggris dan Perancis.

 

Daftar pustaka

Anonym, International Tribunal for Law Of the Sea http://www.itlos.org

Anonym, Yuridis-Metodologi, http://lontar.ui.ac.id/

Safytra haqrah dewi, ARBITRASE DALAM KERANGKA UNCLOS 1982

(Studi Kasus Reklamasi Malaysia Vs Singapura) , 2010,
http://haqrahdewisafytra.blogspot.com/

 
Leave a comment

Posted by on May 1, 2013 in Uncategorized

 

Echolocation Mamalia Laut

Sumber suara yang berasal dari laut dapat berasal karena proses alami yang terbagi menjadi dua yaitu proses fisika dan proses biologi. Proses fisika yang dapat  menimbulkan suara antara lain; aktivitas tektonik, gunung api, gempa bumi, angin, dan gelombang, sedangkan proses biologi yakni suara dari mamalia laut dan ikan. Beberapa contoh suara yang berasal dari mamalia laut adalah suara paus dan lumba-lumba.

PAUS

Salah satu spesies paus yang dapat mengeluarkan suara yaitu paus biru Balaenoptera musculus, mamalia laut yang memiliki suara paling keras dan juga menyandang gelar sebagai hewan terbesar di bumi. Paus spesies lain pun dapat mengeluarkan suara dengan dialek yang berbeda-beda. Paus sejenis tetapi hidup di perairan yang berbeda pun mempunyai dialek suara yang berbeda.

Paus memiliki kemampuan yang disebut echolocation. Echolocation merupakan kemampuan hewan dalam memproduksi frekuensi tertentu untuk mendeteksi jarak, objek, dan mengenali keadaan fisik disekitarnya. Kemampuan frekuensi tinggi dapat memberikan informasi yang detil dan akurat.

LUMBA-LUMBA

Lumba-lumba dapat mendengar suara yang jauhnya kilometer. Sebagai tambahan dengan menggunakan sistem yang ada pada tubuhnya yang disebut dengan “melon”, mereka dapat dengan mudah mengetahui arah dan mengetahui lokasi mangsanya. Sistem kerja melon ini sebagai berikut :

1.      Lumba-lumba mengeluarkan gelombang suara

2.      Ketika gelombang suara tersebut menumbuk suatu benda atau objek, gelombang suara tersebut akan memantul kembali.

3.      Gelombang suara tersebut diterima kembali oleh lumba-lumba sebagai informasi yang detil. Waktu yang dibutuhkan gelombang tersebut untuk menumbuk objek dan kembali lagi ke lumba-lumba menunjukkan jarak dari objek tersebut.

 

Image 

http://gamakaeru.blogspot.com/2009/11/sonar-di-dalam-tengkorak-lumba-lumba.html

Sistem kemampuan melon pada lumba-lumba ini menjadi inspirasi bagi para ilmuwan untuk menciptakan sebuah instrumentasi yang digunakan pada kapal selam.

Kegunaan lain dari suara oleh mamalia laut kemungkinan untuk melemahkan atau menarik perhatian mangsa. Hasil riset memperlihatkan bahwa mamalia laut memproduksi sumber suara intens ketika mencari makanan. Informasi mengenai penggunaan suara dalam hal ini sangat terbatas, namun dapat dipahami bahwa mamalia laut menggunakan suara untuk proses biologis yang cukup vital. Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa mamalia laut menggunakan sinyal suara untuk berkomunikasi satu sama lain di dalam air. Penelitian terakhir bahkan menunjukkan bahwa paus punya dialek berupa suara siulan dan denyutan.

Shapiro menunjukkan bahwa kedua jenis suara bukanlah sinyal yang dipakai untuk bertukar informasi mengenai sumber makanan, tapi sekedar menunjukkan identitas individu dalam komunikasi sosial. Mereka rutin melakukan migrasi hingga ribuan kilometer dan berkelompok. Maka dengan suara yang berbeda-beda, masing-masing dapat membedakan individu dalam kelompoknya atau kelompok lainnya. Hasil penelitian ini dimuat dalam Journal of Acoustical Society of America edisi September 2006.

Selain yang disebutkan diatas, ada beberapa sumber suara yaitu kegiatan perikanan para nelayan yang menggunakan peledak atau pukat harimau yang tidak hanya menimbulkan polusi suara namun juga merusak secara langsung ekosistem di laut itu sendiri.

Sumber:

ppunique.wordpress.com/2009/05/12/ternyata-manusia-bukanlah-satu-satunya-seniman-di-planet-ini

infosketsa.com/index.php?option=com_content&view=article&id=207:radar-a-sonar-terbaik&catid=113:sains-world&Itemid=113

blog.its.ac.id/abimanyu82neitsacid/2007/09/26/pencemaran-suara-di-laut/

harunyahya.com/indo/anak/pesonaalamsatwa11.html

http://gamakaeru.blogspot.com/2009/11/sonar-di-dalam-tengkorak-lumba-lumba.html

 
Leave a comment

Posted by on April 19, 2013 in Uncategorized

 

Cahaya Dalam Laut

“Semakin dalam lautan makan semakin sedikit intensitas cahaya yang masuk, berarti semakin dalam makan akan semakin gelap”, kutipan sebuah teori yang menjelaskan spektrum warna cahaya. Memang benar bahwa semakin jauh dibawah permukaan laut cahaya akan terpecah dan hanya spektrum warna tertentu yang bisa sampai pada kedalaman tertentu.

 Image

Sumber : http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&id=38&Itemid=87

Cahaya sendiri adalah sebutan manusia pada radiasi yang dapat dilihat oleh mata manusia. Menurut Huygens (1629-1695), cahaya merupakan gelombang seperti halnya bunyi. Berdasarkan jenisnya, cahaya dibedakan menjadi cahaya yang tampak dan tidak tampak. Cahaya tampak merupakan cahaya yang apabila mengenai sebuah benda maka benda tersebut akan terlihat, contohnya adalah cahaya matahari sedangkan cahaya tidak tampak merupakan cahaya yang apabila menyentuh sebuah benda maka benda tersebut tidak terlalu terlihat atau sama seperti tidak terkena cahaya, contoh cahaya ini yaitu cahaya monokromatik dan polikromatik. Cahaya monokromatik adalah cahaya tunggal dari satu warna seperti merah dan cahaya polikromatik adalah cahaya yang terbentuk dari kombinasi warna, contohnya ungu yang merupakan kombinasi dari warna merah dan biru.

Nah, seperti yang dikatakan teori diatas bahwa semakin dibawah permukaan laut hanya spektrum warna tertentu yang dapat terlihat. Ini sedikit penjelasannya.

Cahaya matahari merupakan cahaya putih. Cahaya putih adalah cahaya polikromatik yang artinya cahaya ini merupakan kombinasi dari beberapa spektrum warna yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Cahaya putih (polikromatik) akan terdispersi oleh air (prisma cahaya) menjadi cahaya monokromatik. Teori dasar  mengapa hanya spektrum warna tertentu yang dapat terlihat di kedalaman? Karena setiap spektrum warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda. Semakin pendek gelombang warna tersebut maka semakin besar kekuatannya untuk menembus kedalaman.

 Image

Sumber : http://www.al-habib.info/review/al-quran-kegelapan-lautan.htm

Berikut panjang gelombang spektrum-spektrum warna :

  1. Warna ungu, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara 400-450 nm
  2. Warna biru, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara 450-480 nm
  3. Warna hijau, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara 480-560 nm
  4. Warna kuning, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara 560-590 nm
  5. Warna oranye, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara 590-630 nm
  6. Warna merah, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara 630-700 nm

Sampai kedalaman 20 meter warna merah yang memiliki panjang gelombang 630-700 nm masih terlihat, akan tetapi ketika pada kedalaman diatas 20 meter warna merah tidak akan terliahat lagi, contoh buktinya ketika ada ikan yang dimangsa oleh predatornya maka warna darahnya tidak akan berwarna merah melainkan hitam sebab warna merah sudah tidak mampu menembus pada kedalaman 25 meter. Warna kuning dapat menembus sampai kedalaman 50 meter, hijau sampai 100 meter dan biru sampai kedalaman 200 meter.

Cahaya warna kuning terserap pada kedalaman 50 meter. Cahaya warna hijau terserap pada sekitar kedalaman 100 meter. Pada kedalaman 200 meter cahaya warna biru terserap dan begitu seterusnya. Dengan demikian, terciptalah kegelapan warna chaya matahari di lautan secara berlapis-lapis, yang disebabkan air menyerap warna pada kedalaman yang berbeda-beda. Kegelapan di laut dalam semakin bertambah seiring kedalaman laut, hingga didominasi kegelapan pekat yang dimulai dari kedalaman lebih dari 200 meter.

Sebab lain semakin berkurangnya intensitas cahaya dalam laut yakni disebabkan oleh partikel – partikel pekat yang berada didalam laut tersebut. Fitoplankton, ikan, senyawa – senyawa, dan lainnya dapat mengurangi perambatan cahaya itu sendiri. Contohnya sungai yang  berwarna coklat. Warna coklat pada sungai berasal dari sedimen yang mengendap, kotoran, organisme – organisme, dan lainnya sehingga cahaya akan terhalang untuk masuk kedalam sungai tersebut. Bisa dikatakan pada sungai yang berwarna coklat tersebut visibility atau kecerahannya adalah nol.

 

 

http://www.al-habib.info/review/al-quran-kegelapan-lautan.htm, diakses pada tgl 18 April 2013

http://kallolougi.blogspot.com, diakses pada tgl 18 April 2013

http://uleegle.wordpress.com, diakses pada tgl 18 April 2013

http://mastugino.blogspot.com/2012/11/sifat-sifat-cahaya.html, diakses pada tgl 18 April 2013

http://www.edupaint.com/warna/ragam-warna/1639-intip-yuk-panjang-gelombang-dari-masing-masing-warna.html, diakses pada tgl 18 April 2013

http://id.wikipedia.org/wiki/Laju_cahaya, diakses pada tgl 18 April 2013

 
Leave a comment

Posted by on April 18, 2013 in Uncategorized

 

Evolusi, SP & SS, dan Faktor Pembatas

EVOLUSI

Evolusi adalah merupakan kata yang berasal dari bahasa latin yang artinya membuka gulungan atau membuka lapisan. Kemudian bahasa itu diserap menjadi bahasa inggris evolution yang berarti perkembangan secara bertahap.

Pada teori evolusi berpendapat bahwa terjadi perubahan pada makluk hidup menyimpang dari struktur awal dalam jumlah yang banyak beraneka ragam dan kemudian menyebabkan terjadinya dua kemungkinan. Yang pertama adalah makhluk hidup yang berubah akan mampu bertahan dan tidak punah atau disebut juga dengan istilah evolusi progresif. Sedangkan kemungkinan atau opsi yang kedua adalah mahluk hidup yang berubah atau berevolusi tadi gagal bertahan hidup dan akhirnya punah atau disebut dengan evolusi regresif.

  1. Pengertian Evolusi Berdasarkan Ilmu Sejarah

Evolusi adalah perkembangan ekonomi, sosial dan politik tanpa adanya paksaan dari waktu ke waktu secara sedikit demi sedikit dan dalam jangka waktu yang lama.

  1. Pengertian Evolusi Menurut Ilmu IPA / Ilmu Pengetahuan Alam

Evolusi adalah perkembangan makhluk hidup dari bentuk yang sederhana ke betuk yang lebih kompleks menuju kesempurnaan secara bertahap dan memakan waktu yang sangat lama. Contoh dari binatang atau hewan kera menjadi manusia, ikan menjadi reptil, dan lain sebagainya.

Jenis-Jenis dan Macam-Macam Evolusi di Alam :

  • Evolusi Kosmik

Evolusi kosmik adalah evolusi yang terjadi pada lingkungan abiotik atau lingkungan tidak hidup / tak hidup.

  • Evolusi Organik / Organis

Evolusi organik adalah evolusi yang terjadi pada lingkungan biotik pada mahluk hidup dari generasi ke generasi. Evolusi pada makhluk hidup adalah sudah terbukti tidak benar. Apabila anda masih menemukan pelajaran atau media yang mengulas evolusi, itu dinamakan propaganda atau doktrin dari para atheis untuk mengaburkan agama anda. Evolusi adalah teori yang gagal.

 

SP & SS (Suksesi Primer dan Suksesi Sekunder)

Pengertian Suksesi

Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.

Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentukkomunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak beruba h) yang mencapai keseimbangan dengan ling kungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.

Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

a. Suksesi Primer

Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi).

Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa lumut kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana. Lumut kerak yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat anorganik. Zat anorganik ini memperkaya nutrien pada tanah sederhana sehingga terbentuk tanah yang lebih kompleks.Benih yang jatuh pada tempat tersebut akan tumbuh subur. Setelah itu. akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan pepohonan. Bersamaan dengan itu pula hewan mulai memasuki komunitas yang haru terbentuk. Hal ini dapat terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan biasanya selalu diikuti dengan suksesi komunitas hewan. Secara langsung atau tidak langsung. Hal ini karena sumber makanan hewan berupa tumbuhan sehingga keberadaan hewan pada suatu wilayah komunitas tumbuhan akan senantiasa menyesuaikan diri dengan jenis tumbuhan yang ada. Akhirnya terbentuklah komunitas klimaks atau ekosistem seimbang yang tahan terhadap perubahan (bersifat homeostatis).Salah satu contoh suksesi primer yaitu peristiwa meletusnya gunung Krakatau. Setelah letusan itu, bagian pulau yang tersisa tertutup oleh batu apung dan abu sampai kedalaman rata – rata 30 m.

Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.

Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angina topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.

Proses suksesi sangat terkait dengan faktor linkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropic.

Lalu proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Coba kalian bandingkan kejadian suksesi pada daerah yang ekstrim (misalnya di puncak gunung atau daerah yang sangat kering). Pada daerah tersebut proses suksesi dapat mencapai ribuan tahun.

Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

  1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
  2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
  3. Kehadiran pemencar benih.
  4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam dan benih serta curah hujan.
  5. Jenis substrat baru yang terbentuk
  6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.

Sukses tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan misalnya di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini disebut eutrofik.

Telah dijelaskan bahwa akhir sukses adalah terbentuknya suatu komunitas klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai berikut :

  1. Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.
  2. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau
  3. xeroser yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun.

Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominant. Berdasarkan pengaruh musim terhadap bentuknya komunitas klimaks, terdapat dua teori sebagai berikut :

  1. Hipotesis monoklimaks menyatakan bahwa pada daerah musim tertentu hanya terdapat satu komunitas klimaks
  2. Hipoteis poliklimaks mengemukakan bahwa komunitas klimaks dipengaruhi oleh berbagai faktor abiotik yang salah satunya mungkin dominan.

 

FAKTOR PEMBATAS

Faktor pembatas adalah suatu yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan perkembangan suatu ekosistem. Pertumbuhan organisme yang baik dapat tercapai bila faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Bila salah satu faktor lingkungan tidak seimbang dengan faktor lingkungan lain, faktor ini dapat menekan atau kadang-kadang menghentikan pertumbuhan organisme. Faktor lingkungan yang paling tidak optimum akan menentukan tingkat produktivitas organisme. Prinsip ini disebut sebagai prinsip faktor pembatas. Justus Von Liebig adalah salah seorang pioner dalam hal mempelajari pengaruh macam-macam faktor terhadap pertumbuhan organisme, dalam hal ini adalah tanaman.

Liebig menemukan pada tanaman percobaannya bahwa pertumbuhan tanaman akan terbatas karena terbatasnya unsur hara yang diperlukan dalam jumlah kecil dan ketersediaan di alam hanya sedikit. Oleh karena itu, Liebig menyatakan di dalam Hukum Minimum Liebig yaitu: “Pertumbuhan tanaman tergantung pada unsur atau senyawa yang berada dalam keadaan minimum”. Organisme mempunyai batas maksimum dan minimum ekologi, yaitu kisaran toleransi dan ini merupakan konsep hukum toleransi Shelford.

Di dalam hukum toleransi Shelford dikatakan bahwa besar populasi dan penyebaran suatu jenis makhluk hidup dapat dikendalikan dengan faktor yang melampaui batas toleransi maksimum atau minimum dan mendekati batas toleransi maka populasi atau makhluk hidup itu akan berada dalam keadaan tertekan (stress), sehingga apabila melampaui batas itu yaitu lebih rendah dari batas toleransi minimum atau lebih tinggi dari batas toleransi maksimum, maka makhluk hidup itu akan mati dan populasinya akan punah dari sistem tersebut. Untuk menyatakan derajat toleransi sering dipakai istilah steno untuk sempit dan euri untuk luas. Cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan yang penting untuk daratan, sedangkan cahaya, temperatur dan kadar garam merupakan faktor lingkungan yang penting untuk lautan. Semua faktor fisik alami tidak hanya merupakan faktor pembatas dalam arti yang merugikan akan tetapi juga merupakan faktor pengatur dalam arti yang menguntungkan sehingga komunitas selalu dalam keadaan keseimbangan atau homeostatis.

link partner : Iwan Febrianto Haloho http://iwanhaloho.wordpress.com/?p=20&preview=true menjelaskan mengenai “Energi, Habitat, Relung dan Adaptasi”.

Sumber :

http://www.try4know.co.cc/2010/03/faktor-pembatas-ekosistem.html

http://organisasi.org/pengertian_arti_definisi_evolusi_serta_jenis_dan_macam_evolusi_evolusi_kosmik_dan_evolusi_organik_pengetahuan_sains_biologi

http://sobatbaru.blogspot.com/2008/06/pengertian-suksesi.html

 
Leave a comment

Posted by on April 4, 2011 in Uncategorized

 

Suhu dan Arus Laut di Indonesia

Arus Laut

Arus merupakan gerakan horizontaal dan vertikal yang terjadi secara terus menerus untuk mencapai suatu kestabilan. Berarti arus laut merupakan gerakan massa air laut baik secara horizontal maupun vertikal untuk mencapai suatu kesetimbangan. Gerakan yang terjadi merupakan gaya resultan dari permukaan, kolom, dan dasar perairan laut tersebut. Pada dasarnya, arus laut terjadi diakibatkan oleh suhu dan udara diatas permukaan laut.

Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya arus :

  1. Gaya dorong angin
  2. Gaya coriolis
  3. Gerakan thermohaline
  4. Pasang surut
  5. Turbulensi lapisan laut

Macam – macam jenis arus laut :

1.      Berdasarkan penyebab terjadinya

  • Arus ekman, yaitu arus yang dipengaruhi oleh angin.
  • Arus thermohaline, yaitu arus yang dipengaruhi oleh densitas.
  • Arus pasut, yaitu arus yang dipengaruhi oleh pasang dan surutnya air laut.
  • Arus geostropik, yaitu arus yang dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya coriolis.

2.      Berdasarkan kedalaman

  • Arus permukaan, yaitu arus di permukaan air dan bergerak secara horizontal yang disebabkan oleh pola sebaran angin.
  • Arus dalam, arus yang terjadi jauh didasar kolom perairan. Arah arus tidak jelas karena terjadi akibat perubahan densitas air laut.

3.      Berdasarkan suhu

  • Arus panas, yaitu arus yang suhunya lebih panas dari wilayah yang dilaluinya.
  • Arus dingin, yaitu arus yang suhunya lebih dingin dari wilayah yang dilaluinya.

Suhu Laut

Sebaran suhu secara menegak ( vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan, yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter (Nontji,1987).

Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans, 1986).

Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C (Hutagalung, 1988)

Hubungan antara Arus dan Suhu Laut

Beberapa fenomena – fenomena yang terjadi di laut disebabkan oleh arus dan suhu laut. Seperti kita ketahui, El Nino merupakan sebuah fenomena dimana kolam air panas yang berasal dari Samudera Pasifik bergerak ke arah Indonesia. Hal ini terjadi karena anomali perubahan suhu yang drastis di perairan pasifik. Suhu yang tadinya dingin berangsur menjadi panas. Sesuai dengan hukum konveksi, “air yang lebih panas akan bergerak ke air yang dingin”. Air di pasifik yang panas bergerak ke arah perairan timur Indonesia yang lebih dingin. Fenomena ini mengakibatkan turunnya curah hujan secara drastis di Indonesia bagian timur.

Lalu beberapa arus yang terjadi di dunia pun diakibatkan karena perbedaan suhu perairan di seluruh dunia. Contohnya pada daerah ekuator suhu perairannya lebih panas dibanding daerah kutub. Hali ini terjadi karena daerah ekuator lebih banyak menyerap panas matahari dibanding daerah kutub. Dibawah ini merupakan gambar  suhu perairan laut ekuator dan sekitarnya.

Pada daerah ekuator terlihat lebih renggang, ini merupakan tanda bahwa perairan di daerah ekuator lebih panas dan airnya “mengembang”. Sedangkan disekitarnya terlihat padat karena suhu perairannya lebih dingin dibanding pada daerah ekuator. Contoh arus yang bergerak dari daerah yang lebih panas ke dingin  adalah Arus Khatulistiwa Utara yang merupakan arus panas yang mengalir menuju ke arah barat sejajar dengan garis khatulistiwa dan ditimbulkan serta didorong oleh angin pasat timur laut.

Berikut merupakan gambar arus laut Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Arlindo.

Arlindo adalah arus dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia lewat selat-selat  yang disebabkan oleh perbedaan Tinggi Paras Laut antara kedua samudra tersebut. Arlindo merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam penghantaran panas (heat). Dalam kondisi normal, di perairan Pasifik di sebelah Utara Irian terdapat kolam Air Hangat (Warm Water Pool) yang disebabkan oleh menumpuknya air yang terbawa oleh  Katulistiwa Selatan karena hembusan Angin Pasat (trade winds) di Pasifik. Massa air yang terangkut oleh Arlindo dipengaruhi oleh adanya El Nino dan La Nina. Dampak El Nino dan La Nina terhadap kehidupan di laut Nusantara belum banyak dikaji. Terdapat beberapa kenyataan yang menunjukkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) yang dapat dikaitkan dengan El Nino. Kajian terintegrasi mengenai El Nino perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi dampak negatif yang dapat ditimbulkannya.

Selain dapat mengarahkan arah arus laut, suhu panas di laut pun dapat berdampak terhadap aspek meteorologi. Beberapa tempo yang lalu, suhu panas laut yang tinggi pada daerah selatan Indonesia dan utara Australia yang terjadi pada bulan desember – maret telah menimbulkan badai atau angin Siklon Vince.

Referensi bahan saduran :

http://id.wikipedia.org/wiki/Arus_air_laut

http://jlcome.blogspot.com/2007/12/suhu-laut.html

Hutabarat dan Evans, 1986

Sahala Hutabarat, 1986

Nontji, 1987

Hutagalung, 1988

www.coremap.or.id/downloads/0737.pdf+arus+lintas+indonesia&cd=26&hl=id&ct=clnk&gl=id

http://www.antarajatim.com/lihat/berita/53087/suhu-laut-panas-datangkan-siklon-vince

http://pujasworld.blogspot.com/2010/12/pengaruh-arus-laut-terhadap-iklim-dan.html

 
33 Comments

Posted by on March 19, 2011 in Uncategorized

 

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

 
1 Comment

Posted by on March 19, 2011 in Uncategorized